Pages

Ceritaku

Rabu, 22 Januari 2014


The Mistery of Old School 

            Hari ini pulang sekolah agak cepat. Jadi, Sario, Dilo, Fitrio, dan Risko merencanakan untuk mengerjakan tugas b. Indonesia disekolah. Mereka pergi ke perpustakaan, memang SMP 5 Cachio Seregi atau sekolah mereka terkenal dengan perpustakaan yang luas, besar, dan banyak sekali buku di dalamnya itu lah yang membuat mereka betah di sana membaca berbagai macam buku, itu sangat menyenangkan!        Saat penjaga perpustakaan pergi pulang karena ada urusan sedangkan penjaga lainnya lagi tidak masuk. Mereka berempat dititipi kunci perpustakaan, kunci itu terlihat mengagumkan menurut mereka kunci itu lebih terlihat seperti sebuah pisau yang kecil bahkan taring daripada terlihat sebagai sebuah kunci, sebelum pergi penjaga perpustakaan berpesan suatu hal yang aneh pada mereka, sambil mengambil tasnya penjaga perpustakaan itu bilang bahwa tidak boleh dekat - dekat dengan rak nomor 54,  walau terasa aneh mereka berempat tetap menyanggupinya mau gimana lagi memang pergi ke perpustakaan adalah tujuan awal mereka, lagi pula  mereka harus mencari sebuah buku bahasa Indonesia yang lengkap di sana.

       Ketika masuk ke perpustakaan, pandangan Sario langsung tertuju pada rak aneh itu, rak nomor 54 yang berada sangat jauh darinya, dia memang sudah lama mendengar hal-hal aneh tentang rak itu, entah dari ada yang bilang rak angkerlah, rak horrorlah, rak peninggalanlah, rak keramatlah, dan lainnya. Pertamanya sih Sario nggak percaya dan menganggap nggak penting, tapi ternyata penjaga perpus juga tidak membolehkan dekat-dekat dengan rak itu, rasanya memang benar-benar aneh rak itu, Sario jadi penasaran dengan rak itu mungkin saja benar apa yang di dengarnya.
Mereka berempat  mulai mengerjakan tugas, Sario pergi ke rak buku disebelahnya kebetulan itu rak buku bahasa Indonesia, Sario pun mencarinya tapi dia tidak menemukan buku yang ia maksud, Sario berpindah ke rak buku bahasa Indonesia dengan nomor 53 yang berada disebelah rak nomor 54 yang kebetulan rak nomor 53 adalah rak b.Indonesia, dia masih penasaran dengan rak nomor 54 rak paling ujung, memang sengaja Sario mencari buku b.Indonesia di rak 53 karena penasaran dengan rak disebelahnya tepat nya rak 54, rak itu memang kosong tidak ada buku didalamnya sangat berdebu lagi! Kayu tua nya pun sudah keropos dimakan rayap. Tidak sengaja Sario melihat sebuah laci tua di ujung perpustakaan dekat rak nomor 54, laci tua itu tertutupi oleh sebuah kain berwarna putih, kain itu terlihat sudah lusuh, kotor dan berdebu. Rasanya kecurigaan Sario pada rak 54 bertambah ketika dia melihat laci tua diujung perpustakaan itu, dalam benaknya terlintas suatu pertanyaan “apa mungkin di dalam laci tua itu ada sebuah benda misterius yang menyimpan rahasia terpendam tentang sekolah tua ini? mungkin saja sejarah mengerikan yang pernah terjadi di rak 54” tapi seketika itu rasa ketakutan tiba-tiba memasuki dirinya, takut akan segalanya membuatnya ragu dengan pilihannya yaitu membuka laci tua itu. Tiba-tiba…..
  ”Sario!ngapain sih lama banget!dah ketemu belumee?”tanya Dilo sambil memegang pundak Sario, niatnya sih pengen ngagetin ---
  ”Huh! ngagetin aja!itu laci apaan dil?” tanya Sario sambil memegang lututnya, dan menunjuk laci tua yang ia maksud.
  “Mana aku tau, serem ah disini, cari buku di rak lain aja yuk!” ajak Dilo,
 Sario dan Dilo mencari buku b.Indonesia di rak bahasa Indonesia lainnya.
Berselang beberapa menit mereka mencari buku…
  “Laper nih, kantin yuk” ajak Risko sambil memegang perutnya.
  “Aku juga laper tapi, emangnya kantin masih buka?” tanya Dilo yang sepertinya sependapat dengan Risko
  “Nggak tau juga…” kata Risko menggaruk-garuk rambut keriting panjangnya
Fitrio yang asik membaca majalah K-POP kesukaannya itu ternyata juga sependapat dengan Risko, sambil menaruh majalah dia langsung berdiri “Apa salahnya kita pastikan dulu?”
  “Yeay!”teriak Risko, “Jadi kalian semua sependapat denganku?Ayo kita makan!”
  “Kamu ikut nggak Sar?” tanya Dilo
Sario berpikir sejenak. Sebenarnya dia laper, tapi dia masih penasaran dengan laci itu menurutnya mumpung teman-temannya pergi dia bisa membuka laci itu tanpa ada yang mencegahnya.”Mmm… nggak deh” jawab Sario sambil menarik nafasnya
Mendengar pernyataan Sario, Risko menjawab “Yasudah dehh! Ayo teman-teman!”
  “Dadaahh, be careful!” jawab Sario sambil melambaikan tangannya ke atas
Sario masih penasaran dengan laci tua itu, dia mencoba untuk menghilangkan rasa takut nya. Sario pun mengambil kain putih itu, tidak hanya kotor dan berdebu ternyata kain itu memiliki bau yang sangat menyengat, bau itu tidak enak sangat menusuk hidung bisa dibilang seperti bau cuka, tapi agak lebih busuk…Sario langsung melempar kain putih itu menjauh darinya.
Dan membuka laci tua itu…
  “Huah!Cuman buku! Kirain apaan!” keluh Sario menarik nafas lega dan mencoba menghilangkan rasa takutnya, “Kira-kira…isinya apa?Mungkin saja sejarah sekolah tua ini, atau tentang rak 54?”kata Sario menebak isi buku itu
  “Deerrr!!!” tiba-tiba pintu perpustakaan yang aslinya terbuka, menjadi tertutup sendiri dan itu membuat Sario kaget.
  “ Ha?!Apaan tuh? Pintu? Kok bisa nutup sendiri? Atau mungkin saja hanya angin,” pikir Sario berusaha menghilangkan pikiran jeleknya.
  “Jangan buka buku itu! Ihi hi hi hi hi hi hi!” terdengar suara aneh dari balik rak-rak buku
  “Heh! Teman-teman!Aku tau itu suara kalian!Keluar lah!”kata Sario dengan yakin,sambil mencari-cari arah suara itu.
  “Kami bukan temanmu, kami adalah hantu sekolah ini” suara itu berasal dari arah yang berbeda
  “Iya,tepatnya kami adalah hantu rak nomor 54. Ihi hi hi hi hi hi hi” suara aneh itu muncul lagi dari arah lainnya.
  “Aku mengenali suara jelek kalian teman-teman!” kata  Sario mengejek suara-suara itu mulai kesal dan marah
  “Hehehe, kita ketahun teman-teman”seru Risko
  “Huh!” kata Sario yang kesal dengan teman-temannya itu, “Kok kalian cepet banget sih dari kantinnya?”
  “Tutup,dan sekarang perutku masih saja berbunyi, ini sangat menyiksa!”keluh Dilo                 “Gimana mau ngerjain tugas kalau perut kosong!”
“Lagian kalian juga aneh-aneh, jam segini mah kantin juga dah tutup”
“Cepet banget ya jamnya, padahal kita juga belum selesai” keluh Risko menengok ke arah jam dinding perpustakaan
“Heemm, ini buku apasih?” tanya Fitrio
Sario sebenarnya nggak yakin kalau harus bilang yang sebenarnya pada Dilo, Fitrio, dan Risko tentang buku itu,tapi mau gimana lagi? “Nggak tau juga, tadi aku temuin di laci tua deket rak nomor 54” jelas Sario
“Ha!” Teriak Risko dan Fitrio bersamaan
Dilo menutup telinganya karena teriakan Risko dan Fitrio, “Kenapa? Biasa kalek,emang dari tadi dia penasaran sama laci tua itu, udah ku tembak pasti juga laci tua itu dibuka sama Sario”
“Sar kamu kan tau itu rak serem!”kata Risko mengepalkan kedua tangannya,dan matanya yang mulai membesar
“Ya sih,tapi aku juga bingung kenapa angker ya rak itu?” tanya Sario
“Nggak tau juga sih,emang buku apa itu?” tanya Fitrio melirik ke arah buku yang dipegang Sario
“Ngiekkk” pintu perpustakaan yang tertutup tadi, kembali terbuka
“Suara apa tuh?” tanya Dilo, menghadap ke pintu perpustakaan
“Pintunya kebuka sendiri?” tanya  Sario, alis hitamnya yang hampir menyatu dan begitu menawan itu terangkat menghadap pintu perpustakaann, “Very strange!”
Risko yang ketakutan, memegang tangan Dilo “Aku jadi merinding nih!”
“Sama’ ris. Fitrio! Nggak liat apa lagi ketakutan nih! Baca buku apa sih?” Dilo langsung merebut buku yang dipegang Fitrio dan membacanya, Dilo nyengir “Lagi-lagi Korean!”
“Iya-iya sorry, lagi pada ngapain?” Tanya Fitrio, berdiri
“Hadeh!” Sario menepuk kepalanya, “Pintunya ke buka sendiri tuh!”
“Oh, paling angin nggak penting terus itu yang kamu pegang buku apa sar tebel banget, kusam banget lagi!” jawab Fitrio dengan santai
“Ya ampun! Aku harap bukan hantu penunggu sekolah ini,”kata Risko,menarik nafas panjang-panjang

 “Catatan sekolah di tahun 1950– 1954  baca Dilo
“Huaw,bukunya keren juga!” desah Fitrio mengangkat tangannya ke udara
“Apa jangan-jangan ini buku sekolah ini?kalo nggk salah sihh,sekolah ini memang sudah lama!” jelas Sario
“Baca yuk!” ajak Dilo
“Terus gimana tugasnya??”Tanya Fitrio
“Besok kan masih bisaa” Jawab Dilo santai
Mereka berempat pun membaca buku itu,
Aku adalah kepala sekolah SMP 1 Vecchio Sherne pada tahun 1950, hari ini ditahun 1950 SMP ku telah dibangun,semua guru dan murid  juga mulai melaksanakan KBM, 2 hari kemudian pada siang itu, 163 siswa teracuni oleh makanan dari kantin…
mereka pun dibawa ke RS, kantin sekolah kami diperiksa oleh kepolisian, dan ditutup. Beberapa minggu kemudian sekolah ini mendapatkan izin membuka kantin sekolah dan melanjutkan KBM, beberapa dari siswa yang teracuni keluar dan yang lainnya tetap sekolah di sekolah ini.
Sampai pada tahun  1951, hal itu terjadi lagi, bahkkan lebih mengerikan! Saat itu sekolah mengadakan acara lomba memasak, dan tiba-tiba ada sebuah asap dari kompor yang tidak diketahui siapa yang menyebabkan hal itu.
Sekolah ini pun terjadi kebakaran besar, 39 siswa tewas dan 104 lainnya luka-luka, sekolah ini pun ditutup karena harus direnovasi ulang.
Pada tahun 1953, sekolah ini dibuka kembali dan lebih ketat pengamanannya, tidak banyak orang yang ingin bersekolah disekolah ini. Rasa takut akan sekolah ini terus menghantuiku.
Setiap malam sering terdengar suara aneh itu, jeritan dan ketakutan murid-murid lama sekolah ini terus menghantuiku.
Telah 1 tahun sekolah ini tidak ada kejadian aneh lagi,orang-orang pun mulai banyak yang mendafatar disekolah ini.
Tapi, tidak ada yang menyangka hal itu terulang lagi, pada malam bersama (MB),tepatnya pada malam terakhir  MB pas pada jam 00.00 malam terjadi pembantaian, dan aku mati dalam pembantaian ini, didepan rak nomor 13.’

“Hi! Serem! Emang ini nyata?” tanya Fitrio ketakutan
“Nggak tau juga, bukunya kok cuman 1 halaman doang yang di isi aneh! Lainnya kosong” jawab Sario
“Serem ah, pulang yuk!” ajak Dilo yang juga ketakutan
“Kayaknya nggak mungkin deh kalo nyata,kalo misalnya nyata mesti kan nggak ada tulisan ‘aku mati dalam pembantaian ini’” jelas Risko yang mencoba menghilangkan rasa takutnya
“Iya juga sih” kata Fitrio
“Ih,ini nggak nyata! Liat aja penulisnya aja Maguuffin N, belakangnya tertulis ini hanya cerita fiktif, berartikan nggk nyata! Lagian ini nggak ada hubungannya sama sekali deh! Pertama, Maguffin N? emang dia kepala sekolah pertama sekolah ini?. Kedua, Sekolah ini kan SMP 5 Cachio Seregi, bukan SMP 1 Vecchio Serne, dan yang ketiga, rak yang angker dan aneh itu kan rak nomer 54 bukan 13!” jelas Sario menjelaskan layaknya professor dengan sejuta ilmu.
“Iya juga” kata Fitrio setuju
“Tunggu dulu, memangnya di perpustakaan ini ada ya rak nomor 13, kayaknya aku nggak pernah denger dan lihat deh, padahal kan setiap istirahat kita selalu keperpustakaan?” kata Dilo
tiba – tiba…”Dubraakk!!!”
“Aaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!” Risko dan Fitrio lari ketakutan keluar perpustakan, Dilo dan Sario yang masih berada diperpustakaan pun ketakutan, mereka berdua mencoba menghilangkan rasa takutnya dengan berjalan keluar perpus, tanpa mengembalikan buku tadi. Sario dan Dilo mengunci pintu perpustakaan, mereka berjalan melewati lorong sekolah. Hari mulai gelap hujan deras dan angin membasahi sekolah, selangkah demi selangkah mereka berdua melewati lorong sekolah.
“Siapa itu?” Tanya Dilo yang merasa ada yang mengikuti dari belakang
“Aku merinding nih! Serem!” kata Sario ketakutan
 “Deeeerrrrr!!!!” (suara geledek)
“Aaaaa!!!!!” Dilo dan Sario yang kaget dan ketakutan pun lari…

Sario dan Dilo lari dengan sangat kencang. Tapi keanehan terjadi, lorong sekolah yang panjang itu terasa tiada habisnya mereka injak,merasa aneh Dilo dan Sario berhenti berlari dan terdiam. Serasa rasa takut tak habis-habisnya mereka rasakan.
Karena capek berlali, Sario dan Dilo tidak begitu mementingkan kejadian aneh itu, mereka berdua pergi kehall, menunggu Risko dan Fitrio datang. Memang hari ini mereka berempat berangkat sekolah naik sepeda, rumah mereka pun berdekatan.
Sario dan Dilo pergi ke parkiran dan mengambil sepeda mereka sambil hujan-hujannan, tapi anehnya! Sepeda mereka tidak ada di parkiran! Sepeda Risko dan Fitrio juga tidak ada, rasa takut dan bingung menghantui mereka. Padahal hari sudah gelap dan hujan deras, tapi belum ada yang menjemput mereka.
“Duh, gimana nih?” tanya Sario pada Dilo
“Aaaaaaaaaaa!!!” terdengar teriakan Risko dari arah kebun belakang
“Kayak suara Risko!ayo kita kesana…!”ajak Sario
“Baiklahh,cepat!”
Dilo dan Sario menuju kebun belakang sekolah,mereka menemui Risko yang terlihat pucat
“Kamu kenapa ris?” tanya Dilo
“Itu,” kata Risko dengan nada lemas, Risko menunjuk kearah pohon mangga di belakang sekolah
Sario pergi ke pohon mangga itu, dia melihat ada seekor kucing bewarna hitam-putih dengan bulu yang lembut dan lebat, Sario mengangkat kucing hitam itu dan menunjukkannya kearah Risko “Ini?” tanya Sario yang masih mengangkat kucing itu.
“Wah! Lucu sekali kucing ini” kata Dilo begitu melihat kucing hitam itu, dan mengambilnya dari tangan Sario.
“Kucing? Aku lihat tadi ada orang memakai seragam sekolah” jelas Risko
“Kalo cuman orang sekolahan ngapain teriak,ris?” tanya Sario
“Ya, gimana ya, mukanya tu serem” jelas Risko
“Tapi nggak ada siapa-siapa juga” jawab Dilo sambil melepaskan kucing itu, kucing hitam itu pun langsung pergi.

“Fitrio mana?”
“Nggak tau, tadi kita bareng cuman tadi dia ninggal aku terus ngilang, aku kan takut yaudah aku malah masuk ke kebun belakang karena gelap jadi nggk keliatan” jelas Risko
“Kamu sih ninggal kita berdua diperpus” sindir Dilo
“Sorry, sorry”
“Yaudah yuk ke hall neduh! Dinginn!” ajak Sario
Mereka bertiga pergi kehall, disana mereka melihat Fitrio sendiri.
“Fitrio!” Panggil Dilo
“Ha?” jawab fitrio
“Fitrio, kamu ninggalin aku tadi pas lari! Huh!” kata Risko yang terlihat kesal dengan Fitrio
“Kamu dari mana aja sih Fitrio?” tanya Sario
“Mmm…mmaaf ris,tadi aku takut bannget jadi langsung ninggal kamu deh” jelas Fitrio
“Huh!” kata Risko yang menyela Fitrio
“Tadi aku liat ada yang bawa sepeda kita, mukanya juga mirip kayak kita, aku bingung tadi sih sempet aku panggil tapi mereka kayak nggak denger gitu”Jelas Fitrio
“Masa’? ” Tanya Risko
“Mmm…Pantes tadi pas aku sama Sario mau ambil sepeda, sambil nunggu kalian sepedanya dah nggak ada” kata Dilo
Sario menganggukkan kepalanya  “Hmm…tapi siapa ya, orang yang mukanya mirip kita? Serem ah! Yaudah yuk, gimana kalo kita pulang jalan kaki aja mau nggak?”
“Okeh!” Jawab Fitrio dan Dilo bersamaan mengacungkan jempolnya
“Yaudah deh, mau gimana lagi” kata Risko yang terlihat pasrah
Mereka berempat pun pergi ke gerbang utama….
“Yaampun! Pake digembog segala lagi! gimana nihh?”Tanya Dilo
“Yahh…”Keluh Risko
“Gimana kalau lewat gerbang samping?” usul Dilo
“Ehh…Jangan,Serem ah, masa’ harus lewat kebon samping sekolah dulu?” tanya Risko yang terlihat ketakutan”
Fitrio menguraikan rambutnya yang tadi masih terikat, “nggak apa kan masih bawa senter, kamu bawa kan ris?”
“Terus kalo nggak lewat situ mau lewat mana coba’?” tanya Dilo mengedipkan matanya
“Iya!” Tambah Fitrio dengan yakin
Sario terlihat berpikir sejak tadi, dia pun menjelaskan hal yang ada dipikiran layaknya professor lagi “Eh, tunggu dulu, bukannya gerbang samping itu jarang dibuka ya? Ngapain coba kita capek-capek dateng kesana udah hujan, dingin, laper belum makan dari tadi siang, yang ada kita sampe gerbangnya juga digembok, mana lagi kebon samping itu kan gelap serem juga!” kata Sario yang mencoba membela Risko
“Bener banget tuh!”Kata Risko yang terlihat gembira dengan penjelasan Sario dengan senyum lebarnya
“Iya juga sih ya, aku laper nih” kata Fitrio
“Aku juga sih sebenernya, yaudah gimana kalaaauuu” Dilo memanjangkan katanya tiga kali lebih panjang, “ke pak. Bon aja,mau nggak?minta tolong bukain gerbang?”
“Kalo itu aku setuju!” jawab Sario
“Oke deh! Terserah kalian” jawab Fitrio
“Mau nggak ris?” tanya Sario
“Mmmm, gimana ya, ke rumahnya pak Bon kan lewat kolam ikan yang gede banget itu” jawab Risko terlihat ragu
“Halah! Nggak apa kali riss” kata Dilo
“ Tapi kan” Fitrio yang tidak sabar dengan penjelasan Risko yang bertele-tele itu langsung menarik tangan Risko sebelum ia menyelesaikan kata-kata nya dan pergi, melawan kencangnya angin dan derasnya hujan, baju seragam yang dari pagi mereka pakai basah dan kotor.
Mereka  pun pergi kerumah pak.Bon yang berada didalam sekolah…

      Hujan deras, angin dan petir membuat rasa takut semakin menjadi, ditambah lagi dengan gelapnya sekolah, seolah-olah hujan dan awan telah menutupi bulan, setidaknya ada sedikit cahaya dari petir, dan sebuah senter kecil yang dibawa Risko saat disekolah, senter kecil bewarna hijau dan berbentuk kodok, hewan kesukaannya. Sesampainya dirumah pak. Bon, mereka langsung mengetuk pintu rumahnya, rumahnya sangat sepi, mungkin saja sudah tidur.    Akhirnya ada seseorang membuka pintu, mereka berempat belum pernah melihat orang itu disekolah terlihat sangat asing dan menakutkan, seorang yang tinggi, besar dan tegap layaknya seperti bodyguard bukan penjaga kebun. Tapi anehnya orang itu berbalik dan menutup pintunya dengan keras,  membuat mereka berempat kaget.

 
“Orang aneh!” ledek Dilo, yang masih kaget
  Fitrio  menampilkan wajah memelasnya “Orang mana tuh? Kok aku baru lihat? Serem lagi! Terus gimana nih?”
“Nggak tau deh aku nyerah” kali ini Risko yang ceria, terlihat lemas dan pasrah
  Sario merentangkan tangannya  “Yah, jangan gitu dong” kata Sario berusaha menyemangati, “Bukankan ini seperti adventure?! Dan ini pasti akan keren! Memecahkan mistery sekolah tua ini,  mistery tentang rak nomor 54, bahkan mistery tentang surat jelek tadi! Itu akan menyenangkan bukan?”
 Fitrio menguap, “Tapi, kita besok sekolah Sar! Mana lagi banyak PR! Tas kita aja masih di kelas!”
  Dilo menempelkan tangannya kepintu kali ini dia yang akan mengetok pintu, “Boleh juga tuh kata Sario aku setuju! Ketok lagi aja pintu rumah orang aneh tadi, kita bisa tanya kan soal sekolah tua ini, mana tau dia tau!”
 “I Like it! Dilo kamu benar-benar teman ku yang jenius!” kata Sario yang terlihat bersemangat
Dilo mengetuk pintu rumah itu lagi, kali ini agak lebih keras mereka menunggu lama sedangkan hujan deras masih saja mengguyur sekolah,  dari jendela rumah itu terlihat gelap dan menakutkan terasnya saja berantakan dan kotor seperti baru saja ada pemberontakan, padahal terakhir kali mereka melihat rumah itu tadi siang, masih bersih dan rapi, sangat terawat. Benar-benar aneh!
Setelah lama menunggu Dilo mengetuk pintu rumah itu, terlihat ada seorang kakek tua renta dengan jenggot panjangnya keluar dari rumah itu. Aneh! Kali ini orang yang mereka lihat sangat berkebalikan dengan orang yang pertama mereka lihat membuka pintu, orang yang besar, tinggi, tegap dan sekarang hanya seorang kakek tua renta, muka kakek itu terlihaat sangat pemarah! Mereka berempat juga belum pernah melihat kakek tua itu disekolah.
Risko terbengong melihat kakek tua itu, “Kok, jadi kakek-kakek?”
Fitrio yang juga bengong melihat kakek tua itu berkata, “Iya! So strange!”
Dilo yang memperhatikan kedua temannya itu merasa nggak enak sama kakek tua itu,              “Hush! Diam lah!”
Kakek tua yang dari tadi memperhatikan mereka berempat seperti mau marah saja, “Apa yang kalian lakukan malam-malam begini di sekolah? Bukankah jam pulang sekolah sudah 8 jam yang lalu? Sekarang sudah jam 7! Dengan seragam sekolah kalian yang basah dan kotor itu, apakah pantas?! Dasar anak-anak nakal!” Kata kakek tua itu dengan nada yang tinggi, seolah-olah kami telah melakukan kesalahan yang sangat besar.
Dilo kehabisan kata-katanya dia bingug mau bilang apa, “Mmm-mmm, maaf kek tadi pintu gerbangnya di tutup jadi kami nggak bisa pulang” jawab Sario yang berusaha sopan dengan kakek tua galak itu, padahal aslinya Dilo kesal sekali dengan kakek itu, nggak tau permasalahannya saja, sudah marah-marah.
Dasar kakek-kakek!  Ucapnya dalam hati.
“Iya kek!” jawab Sario
Tiba-tiba saja terdengar suara bunyi bunyi perut Risko yang keroncongan, semuanya pun menoleh kearah Risko. “Hehe, peace! Aku kan belum makan dari tadi siang seperti kalian teman-teman, jadi kalian harus memaklumiku! Hehe”
Sario, Fitrio dan Dilo geleng-geleng dengan kelakuan temannya itu sedangkan kakek tua tadi hanya diam, kali ini marahnya mereda dan mukanya sedikit lebih lembut dari yang tadi.”Yasudah lebih baik kalian masuk rumah ini dulu saja” kata kakek tua ini dengan suara yang lebih rendah
Mereka berempat memasuki rumah kakek tua itu, sebenarnya itu bukan rumahnya hanya saja itu rumah yang di pinjamkan sekolah kepada pak. Bon saat menjaga sekolah, rumah kecil itu ternyata tidak terlalu berantakan saat dinyalakan lampunya dan sama sekali tidak mengerikan, tidak seperti apa yang mereka lihat dari jendela.Namun,sepertinya kakek tua itu sendirian lalu siapa orang besar tadi?
“Saya memiliki beberapa makanan kecil, mungkin bisa megganjal perut kalian” kata kakek tua itu ramah, sambil menyuguhkan toples-toples berwarna bening itu ke meja, terlihat toples itu berisi jajanan kantin sekolah mereka. Tanpa berpikir panjang Risko langsung mengambil salah satu toples itu yang berisi keripik kentang balado kesukaannya dan langsung saja memakannya dengan lahap, sedangkan Dilo, Sario, dan Fitrio agak malu-malu untuk mengambilnya, tapi juga akhirnya mereka ambil dan memakannya.
“Jadi, apa yang kalian lakukan malam-malam disekolah?” tanya kakek itu memulai pembicaran
     Mereka berempat pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, sedangkan hujan masih saja deras di luar rumah itu. Yang memulai duluan adalah Dilo,
“Begini, awalnya kami berempat ingin mengerjakan tugas b. Indonesia disekolah dan mencari buku yang lengkap di sana, karena perut kami lapar jadi kami pergi kekantin terkecuali Sario”
Risko menyambungnya “ Iya kek, saat kami pergi Sario malah dekat-dekat dengan rak nomor 54, padahalkan jelas-jelas itu tidak dibolehkan oleh penjaga perpustakaan, terus dia nemu laci tua gitu dipojok perpustakaan, pas dia mau buka laci tua itu…” belum selesai, Sario langsung memotong omongan Risko , “Tapi nggak jadi dibuka kok kek!”
Kakek yang tadi nya melotot kepada mereka berempat menjadi reda dan menghebuskan nafas lega, “Untung saja!”
Mereka berempat terlihat bingung dengan kakek tua itu, “Emang kenapa kek kalo kita buka lacinya?” tanya  Sario pura-pura tidak tau
“Tidak apa-apa kok!” kata kakek tua itu ragu
“Lalu kenapa kakek lega sekali sepertinya?” tanya Fitrio curiga layaknya polisi  yang mengintrogasi seorang teroris
“Sudah, sudah! Kalian pulang saja sana!” kata kakek itu kasar
“Lalu apa masalahnya dengan buku yang ada di dalam laci tua itu?” Tanya Sario mulai kesal dengan kakek tua yang tidak mau mengaku
“Saya bilang pergi ya pergi!” kali ini suara kakek tua 5 kali lebih keras dan mulai meninggi
Mereka berempat yang ketakutan meninggalkan rumah itu
“Huh kakek aneh! Tanyain baik-baik malah marah-marah! Terus kita pulang gimana dong?” Tanya Dilo
“Tau tuh kakek aneh!” kata Riko menendang sebuah batu
“Padahal aku sedang suka mengintrogasi kakek tua itu, malah kita di usir!” Fitrio yang kesal itu memegang kepalanya dan baru menyadari bahwa pita rambut yang dia pake sejak tadi pagi sudah menghilang, “Loh pita ku kok nggak ada?”
Sario memperhatikan kepala Fitrio “Sebenarnya aku sudah menyadarinya kalo pita rambutmu dah nggak ada dari tadi sebelum kamu sama Risko lari ninggalin aku sama Dilo diperpustakaan!”
Mereka berempat terdiam ditengah lorong gedung sekolah,
“Kenapa nggak bilang dari tadi Sar!” Seru Fitrio
“Ya kalo aku bilang, masak kita mau balik lagi ke perpustakaan?” kata Sario berhadapan dengan Fitrio
Risko menghentikan langkahnya, “Jangan, jangan, jangan! Pokoknya aku nggak mau balik ke perpustakaan lagi! Serem tau nggak”
“Yaudah aku ambil sendiri aja!” kata Fitrio memalingkan wajahnya
“Aku ikut deh sama Fitrio” Kata Dilo
“So, kita mencar gitu?” Tanya Sario
Dilo menarik tangan Sario “Ayo Sar!”
Sario pasrah dan mengikuti Dilo dan Fitrio, “Oke-oke fine!”
“Terus aku gimana dong?” Tanya Risko ketakutan
“Ayo Ris, malah bengong!” Ajak Dilo
Risko mengikuti mereka bertiga dari belakang mukanya terlihat pucat.


~Bersambung~









 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS